Senin, 04 Juni 2012

Touring to Sedudo Waterfall (PART 2-HABIS)

Menjelang pagi-pun diantara kami masih ada yang belum bisa tidur. Pasti gara-gara kopi pahit buatan Deny. Kami merencanakan untuk berangkat ke air terjun Sedudo sekitar pukul 08.00. Dan sudah bisa dipastikan akan molor. Baru jam 07.00 kami sarapan. Nasi pecel khas desa yang bumbunya pedes banget, mungkin disesuaikan dengan udaranya yang dingin. Lagi-lagi yang berangkat beli nasi ya si Deny. Pokoknya kalau jadi koordinator harus mau disuruh, hehehe. Dia juga yang bikin teh anget buat minum kita. Selesai makan kita sempat ngobrol untuk membahas rute ke arah air terjun Sedudo. Sementara itu para korban kunci motor hilang pergi ke tukang kunci. Yang mau mandi, cuci muka, dipersilakan oleh tuan rumah. Tapi saya yakin tidak ada yang mandi. Kebetulan rumah yang kita tempati ini adalah milik kerabat Deny.
Tepat pukul 09.00 kami baru berangkat. Melewati areal persawahan dan pepohonan yang masih hijau. Segar sekali nuansa pedesaan. Setiap hirupan nafas terasa lega. Aroma embun pagi masih terasa, diselingi sayup-sayup aroma daun kering yang dibakar. Khas aroma pedesaan. Kata Deny perjalanan ke lokasi air terjun Sedudo masih memakan waktu sekitar 1 jam. Dari kejauhan kami dapat memandang gunung Wilis yang sudah terasa semakin dekat. Kondisi jalan yang beraspal mulus menambah kenyamanan kami berkendara. Semakin menuju kaki gunung Wilis jalanan semakin menanjak dan berkelok. Kami sempat berhenti di SPBU untuk isi bahan bakar. Ini adalah SPBU terakhir yang dapat dijumpai sebelum jalanan terjal ke arah Sedudo. Selama dalam perjalanan yang mulai menanjak ini kami disuguhkan pemandangan alam yang eksotis. Sungai yang deras dan masih bersih, tebing-tebing curam, hamparan sawah yang hijau memanjakan pandangan kami. Berfoto pun tidak kami lewatkan. Berhenti di tepi jalan dekat persawahan, itulah studio alam yang indah. 
Dalam perjalanan seakan motor-motor kami dipaksa untuk mendaki curamnya aspal yang terus menanjak. Sampai ada yang keluar bau sangit. Tapi menyenangkan. Kapan harus menggeber gas, kapan harus pakai gear satu, kapan harus memainkan kopling dan handling. Akhirnya kami sampai ke area Wisata Sedudo. Tarif masuk untuk satu motor dan dua orang penumpang cukup murah, hanya 5 ribu rupiah. Tidak jauh dari pintu gerbang masuk Sedudo terdapat makam Mbah Ngliman. Kami pun diajak Deny untuk mampir kesana. Untuk menuju makam kami harus naik tangga yang cukup tinggi. Setelah ziarah, kami lanjutkan perjalanan menuju lokasi air terjun. 
Sampai di lokasi ternyata sudah sangat ramai pengunjung. Maklum ini kan hari libur. Tarif parkir motor 3 ribu rupiah, penitipan helm seribu rupiah. Sebelum turun kami foto-foto dulu di tangga menuju air terjun. Setelah menuruni anak tangga yang lumayan banyak tibalah kami di depan air terjun, suara gemuruhnya pun kian jelas. Beberapa teman ada yang cari warung buat ganjel perut, ada yang langsung jalan-jalan. Sesaat kemudian berkumpul di dekat air terjun untuk bersiap basah-basahan. Inilah yang ditunggu-tunggu. Saking bersemangatnya sampai-sampai Deny bawa jerigen untuk membawa pulang air terjun Sedudo. Memang ada yang bilang airnya berkhasiat. 
Puas berbasah-basahan, kamipun segera balik kanan, karena memang sudah siang menjelang sore. Menuju base camp kami, rumah Deny di Nganjuk. Dalam perjalanan kami sempat mampir di kedai bakso tenis. Cukup murah untuk ukuran bakso tenis, cukup membayar 6 ribu rupiah satu porsi. Tiba di rumah Deny muncul rasa ngantuk yang tak tertahankan. Harus kuat menahan kantuk, karena kami akan langsung pulang ke Surabaya, tidak ada waktu untuk tidur. Bisa-bisa kebablasan sampai malam. Pukul 16.15 langsung meluncur ke Surabaya. Tiba di Surabaya sekitar jam 19.00, ada juga yang baru nyampek jam 21.00 karena banyak berhenti buat istirahat. 
Sekian yang dapat kami tulis untuk touring kali ini, semoga bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar